Topan Haiyan menghancurkan Filipina, bantuan besar-besaran sedang berlangsung
Filipina sedang melakukan upaya besar-besaran untuk membantu mereka yang selamat dari topan besar Haiyan menyusul penghancuran yang ditinggalkan oleh badai tersebut.
Haiyan, yang dikenal di Filipina sebagai Yolanda, melanda Filipina pada 8 November dengan kedahsyatan yang sangat jarang terjadi dalam riwayat catatan meteorologi.
Badai raksasa ini berkekuatan angin 235 kilometer per jam [147 mil per jam], dengan hembusan angin sebesar 275 kilometer per jam [170 mil per jam] ketika mendarat di Kota Guiuan, Provinsi Samar Timur. Laporan lain menyatakan angka yang lebih mengejutkan dengan kecepatan angin maksimum 314 kilometer per jam [195 mil per jam] dilaporkan dengan hembusan angin hingga 378 kilometer per jam [235 mil per jam].
Kode bangunan Filipina tidak dirancang untuk menahan angin sebesar itu. Topan melanda daerah-daerah besar di kepulauan itu, terutama di wilayah Visayas dan Mindanao. Setelah kejadian badai, Provinsi Laguna, Rizal, Oriental Mindoro, Palawan, Occidental Mindoro, Romblon, Marinduque, Albay, Masbate, Catanduanes, Camarines Sur, Aklan, Antique, Capiz, Iloilo, Negros Occidental, Cebu, Bohol, Biliran, Leyte, Leyte Selatan, Samar, Samar Utara, Samar Timur, Kepulauan Dinagat, Surigao del Norte, dan Surigao del Sur mati listrik.
Hubungan telekomunikasi terputus di beberapa bagian Aklan, Antique, Capiz, Cebu, Biliran, Leyte, Leyte Selatan, Samar, Samar Utara, Samar Timur dan Surigao del Norte.
Topan tersebut mengakibatkan korban sebanyak hampir 1 juta keluarga atau 4,5 juta orang di 1.741 desa di 36 provinsi negara, menurut Departemen Kesejahteraan Sosial dan Pembangunan Filipina [DSWD].
Laporan awal menyatakan tidak banyak korban. Namun, jumlah korban yang dikhawatirkan tewas meningkat hingga lebih dari 10.000, sementara jutaan lainnya mengungsi. Peristiwa ini merupakan bencana alam yang paling mematikan dalam sejarah baru di Filipina.
Bencana terakhir yang sebesar ini terjadi di Filipina pada tahun 1976 ketika sebuah gempa berkekuatan 7,9 SR memicu tsunami di dekat Teluk Moro di wilayah Mindanao, menewaskan antara 5.000 dan 8.000 orang.
Filipina masih belum pulih dari gempa berkekuatan 7,2 SR yang melanda pada 15 Oktober. Gempa itu menewaskan lebih dari 200 orang, melukai hampir 800 orang dan menyebabkan hampir 381.000 orang mengungsi di Provinsi Bohol, Cebu, dan Negros Occidental, menurut Dewan Pengurangan Risiko dan Manajemen Bencana Nasional Filipina. Badan Amerika Serikat untuk Pembangunan Internasional [USAID] menyediakan 6.000 buah perangkat kesehatan untuk korban gempa, menurut DSWD, dan Kedutaan Besar AS mengalokasikan $50.000 [2,2 juta peso] dana tanggap darurat bagi masyarakat yang terkena.
A.S. merespon dengan cepat
Pemerintah Amerika Serikat dan lain-lain dalam komunitas internasional menanggapi bencana topan tersebut dengan cepat, menawarkan bantuan ke Filipina.
Presiden AS Barack Obama mengakui kekuatan dan semangat rakyat Filipina.
“Saya menyadari daya tahan yang luar biasa dari rakyat Filipina, dan saya yakin bahwa semangat Bayanihan akan menguatkan Anda dalam melalui tragedi ini.
"Amerika Serikat sudah memberikan bantuan kemanusiaan yang signifikan, dan kami siap untuk membantu lebih lanjut dalam upaya bantuan dan pemulihan yang dilakukan pemerintah. Kami melayangkan simpati dan doa kepada jutaan orang yang terkena dampak badai yang menghancurkan ini,” katanya.
Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel melaporkan urusan logistik yang terjadi dalam respon bantuan ini.
Hagel mengarahkan Komando Pasifik AS [PACOM] untuk membantu operasi bantuan kemanusiaan di Filipina, American Forces Press Service melaporkan. Menanggapi permintaan dari pemerintah Filipina, dukungan ini awalnya akan berfokus pada pencarian dan penyelamatan [SAR] maritim permukaan, bantuan angkat helikopter kelas menengah-berat, SAR udara maritim, bantuan angkat sayap tetap dan pemudahan logistik.
Sekitar 80 Marinir AS tiba dari Brigade Ekspedisi Marinir ke-3 di Pangkalan Udara Villamor, dalam dua pesawat KC-130J Super Hercules, untuk membantu dalam upaya bantuan.
Departemen Pertahanan bekerja dalam koordinasi dengan USAID, dan duta besar AS di Manila tetap siap membantu Filipina pulih dari badai.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry menjamin dukungan AS untuk Filipina, salah satu dari lima sekutunya di kawasan Asia-Pasifik.
Haiyan menghancurkan Tacloban
Tacloban, ibukota Provinsi Leyte di wilayah Visayas, berada dalam kehancuran. Laporan dari daerah itu menyatakan bahwa tampaknya tidak ada bangunan yang selamat di kota berpenduduk lebih dari 200.000 orang itu.
Saksi mata melaporkan gelombang yang tingginya sampai lima meter [16 kaki] melanda daratan. Mantan Wakil Walikota Lemuel Honor mengatakan kota itu diserbu dari dua arah.
“Dua laut benar-benar bertemu di atas Tacloban: Teluk Cancabato dan Teluk Tacloban,“ katanya.
Gelombang bencana pertama tiba ketika Yolanda menerobos ke daratan dari Samudra Pasifik melalui Teluk Tacloban, dan kedua, ketika ekor badai menarik gelombang dari Teluk Cancabato dalam arah yang berlawanan.
“Inilah yang menyebabkan orang bingung mengapa ada gelombang yang datang dari dua arah, pertama ke arah barat, kemudian ke arah timur,” kata Honor.
Praveen Agrawal, direktur Filipina untuk Program Pangan Dunia, membahas kerusakan setelah mengunjungi Tacloban.
“Dampaknya sangat mirip dengan apa yang saya lihat dalam tsunami, bukannya topan,” katanya. ”Semua pohon merunduk, kulitnya tanggal. Rumah-rumah rusak. Banyak rumah telah runtuh.”
Satu-satunya sisi terang dari Haiyan, menurut para ahli meteorologi, adalah cepatnya topan ini melewati Filipina. Kerusakan mungkin telah diminimalkan karena badai dengan cepat melewati daratan Filipina.
Upaya pemulihan dan bantuan
Upaya bantuan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat sedang berlangsung.
Presiden Benigno Aquino III telah mengumumkan keadaan bencana nasional dan meminta bantuan internasional.
Pemerintah daerah melaporkan penjarahan di beberapa daerah karena kurangnya makanan, air bersih dan kehadiran pemerintah.
Para penjarah merampok toko untuk makanan dan air, serta toserba untuk peralatan dan alat elektronik. Pemerintah pusat terpaksa turun tangan dan mengambil alih tanggung jawab dengan tidak adanya pejabat pemerintah daerah.
Aquino berkata mengenai personil pemerintah daerah, ”Mereka adalah responden pertama yang penting, dan terlalu banyak dari mereka juga terkena dampak dan tidak bisa masuk kerja.”
Inggris menawarkan bantuan
Pemerintah Inggris, melalui Menteri Pembangunan Luar Negerinya Justine Greening, mengumumkan paket hingga 4 juta poundsterling atau P276 juta, sebagai tanggapan kemanusiaan terhadap topan itu.
“Saya bersimpati kepada dengan rakyat Filipina dan, khususnya, bagi mereka yang telah kehilangan orang yang dicintai,” kata Greening dalam sebuah pernyataan.
“Kecepatan dan efisiensi tindakan dalam beberapa hari ke depan... dapat menyelamatkan nyawa dan memberikan keamanan serta kenyamanan kepada mereka yang terkena dampak,” kata Duta Besar Inggris Asif Ahmad.
Bantuan menuju ke daerah Cincin Api
Sekretaris Pers Pentagon AS George Little mengatakan bahwa pasukan AS sering memberikan bantuan langsung dan dukungan pemulihan selama dan setelah bencana alam. Tidak ada tempat di dunia dimana bencana alam terjadi sesering di wilayah Asia-Pasifik. Daerah ini terletak di daerah rawan gempa “Cincin Api“ dan sering dilanda oleh angin topan, angin lesus, tsunami, banjir dan tanah longsor. Sebuah gempa 7,7 skala Richter menewaskan hampir 2.000 orang di pulau utara Luzon pada tahun 1990.
Sebagai bagian dari ikatan regionalnya yang luas, PACOM bekerja dengan negara-negara regional untuk memajukan kesiapan bencana dan membangun ketahanan; dan untuk merespon dengan cepat dan efektif apabila bencana terjadi. Salah satu cara terbaik untuk melakukannya adalah melalui program latihan, kata para perwira komando.
“Ini hal yang benar untuk dilakukan,” terutama mengingat frekuensi dan kedahsyatan bencana alam yang melanda di seluruh wilayah, menurut Laksamana Angkatan Laut Samuel J. Locklear III, komandan PACOM, mengatakan kepada American Forces Press Service.
“Juga, jika ada sesuatu yang akan terjadi di Pasifik yang akan mengganggu lingkungan keamanan, hal yang paling mungkin terjadi adalah semacam masalah bencana kemanusiaan - apakah itu topan mengerikan atau tsunami atau banjir atau sesuatu yang lain,” kata Locklear.